Nama : Hepi Andriyani
NIM : A 310 110 002
Kelas : A
Ø Judul : Seandainya Aku Boleh Memilih
Ø Pengarang : Mira W
Ø Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Ø Tahun Terbit : 1999
Ø Kota Terbit : Jakarta
Ø Tebal : 211 Halaman
Ø Harga Buku: Rp. 25.000
Ø Biodata
Pengarang:
Pengarang yang akrab disapa Mira W ini
memiliki nama lengkap Mira Widjaya. Lahir di Jakarta pada tanggal 13 September
1951. Beliau merintis karirnya pada tahun 1975 dengan karangan pertamanya yang
berjudul Benteng Kasih. Kemudian menghasilkan
23 novel pop, beberapa diantaranya telah difilmkan, antara lain Di Sini Cinta Pertama Kali Bersemi, Kemilau
Kemuning Senja, Ketika Cinta Harus Memilih. Kegiatan lain adalah menjadi
Kepala Balai Pengobatan Universitas Prof. Dr. Moestopo (1984) dan praktek
dokter.
Ø Sinopsis:
Novel ini diawali dengan pertemuan
antara Bandi, Haris dan Riri. Seorang gadis binal bertemu dengan
seorang pemuda berandal, mereka sama-sama mengasihi Bandi, dengan caranya
masing-masing mereka berusaha untuk membahagiaakan dia. Kemelut timbul ketika
dari padang kebencian tumbuh setitik benih cinta. Dan tambah rumit tatkala
muncul perempuan yang kedua , perempuan yang tidak mampu membela dirinya
sendiri, tetapi sanggup menjebloskan seorang laki-laki ke dalam penjara.
Pertemuan itu menghasilkan cinta
segitiga dimana Riri telah menikah dengan Bandi yang keadaannya sangat lemah,
tapi Riri juga berhubungan dengan Haris, dimana Haris adalah kakak Bandi. Dari
hasil hubungan Riri dengan Haris, Riri mempunyai anak yang harus ditinggalkan
sejak dia masih bayi.
Berawal
dari hal tersebut, mulailah konflik antara Riri, Haris, Bandi dan Ibunya yaitu
tentang kebenaran siapa ibu Doni. Dan akhirnya Bandi pun mengetahui kalau Riri
telah berkhianat dengan kakaknya sendiri. Masalah pun belum selesai dimana
Tanti tidak mau menyerahkan Doni kepada ibunya dan dia nekat bunuh diri.
Kemampuan
pengarang memaparkan plot/ alut dengan sangat baik merupakan salah satu
kekuatan novel ini. Alur yang dibawakan dalam novel ini adalah alur maju, jadi
para pembaca tidak bingung untuk membayangkan cerita dalam novel ini.
Penokohan
antara protagonis dan antagonis sangat jelas sehingga pembaca tidak perlu
berpikir mengenai siapa yang jahat dan yang baik. Tokoh Riri merupakan tokoh
sentral yang mempunyai watak baik, berpikir kritis, cerdas, rela berkorban.
Kesempurnaan watak Riri terlihat dalam novel ini, tetapi dalam kesempurnaan
tersebut pengarang tetap menyisipkan sifat seorang manusia biasa kepada sang
tokoh antagonis dibawakan oleh ibu Bandi. Ibu Bandi yang berwatak tidak mau mengalah
/ jahat dimana ibu Bandi tega memisahkan cucunya dari ibu kandungnya sendiri.
Novel
ini sarat dengan amanat, bahkan dapat disebut sebagai sastra petuah. Adapun
amanat yang terdapat di dalam novel ini diantaranya kita harus berbakti kepada
orang tua, kita harus bisa mengendalikan diri kita diantaranya kita atau hawa
nafsu, kita pun harus mengalah kepada orang yang lemah dan kita harus berbakti
pada suami jika kita sudah menikah. Amanat-amanat lain yang terselip pada
berbagai bagian cerita dapat dibaca pada novel ini. Amanat-amanat tersebut
terungkap jelas ketika Haris mengikuti semua yang diperintahkan ibunya dan
ketika Haris dan Riri harus berkorban demi anaknya.
Pembawaan
dua konflik yang sangat jelas berbeda menjadi salah satu kelemahan buku ini.
Konflik pertama dibawakan dalam kebohongan yang sudah lama oleh pengarang,
kemudian dilanjutkan dengan konflik kedua yang berlawanan dengan konflik yang
pertama. Yakni konflik kedua ini tidak ada kebohongan dan pembalasan dari
kebohongan itu. Akan tetapi, hal tersebut tidak mengurangi keunggulan novel ini
dalam segi konflik yang dimunculkan. Kedua konflik tersebut tetap menarik untuk
diikuti dan diketahui lanjutannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar